Meditasi dengan Kematian. II

Pada kesempatan kali ini saya akan membagikan kalian artikel mengenai "meditasi dengan kematian II" oleh : Ven Ajahn Brahm.


Pembayangan dan perenungan atau refleksi pada kematian akan membawa Anda dalam keadaan untuk tidak dapat mengendalikan lagi. "Si pengendali (aku)" juga mati, kadarluasa. Saat kita membayangkan diri kita mati saat ini, kita menjadi jauh lebih mudah untuk benar-benar melepaskan segala sesuatu. Kita melepaskan tubuh kita---bayangkan diri Anda bernapas, lepaskan napas terakhir Anda sekarang, Anda mendapati bahwa diri Anda menjadi sangat sadar pada napas saat Anda membayangkan diri Anda sedang di ambang kematian. Napas selanjutnya, Anda mendapatkan satu lagi, jadi Anda akan memperhatikannya dengan sangat, sangat hati-hati----napas ini akan segera habis. Semua urusan kematian ini memberikan Anda sebuah fokus, memberikan Anda apresiasi terhadap setiap napas. Anda telah meninggalkan dunia, dan napas adalah satu-satunya yang tersisa, napas terakhir Anda, yang sekarang inilah.
Meditasi pernapasan menjadi begitu mudah ketika Anda membayangkan diri Anda sedang sekarat. Letakkan kematian di sekeliling Anda. Bayangkan kepompong yang dinamakan kematian ini mengeliligi Anda, merangkul Anda. Kepompong ini bermanfaat menjauhkan diri kita dari semua kekotoran batin, semua masa lalu dan masa depan, semua gagasan bodoh mengenai kepemilikan, harta bendaku. Pikirkan bahwa Anda adalah tubuh ini dan bahwa hal-hal yang benar-benar Anda perhatikan semuanya disingkirkan di luar renungan kepompong kematian.
Di dalam kepompong, mudah untuk berada di dalam momen saat ini, mudah untuk memperhatiakn napas karena Anda sedang meninggal dunia, dan tentu saja hal paling mengagumkan dari kematian adalah ketika pancaindra akhirnya berhenti. Semua urusan melihat dan mendengar ini, berapa banyak dari Anda yang menghabisakn waktu dengan membaca buku atau sekadar melihat-lihat.
Tidakkah menjadi hal yang mengagumkan jika melihat adalah sekadar "melihat"? Mendengar ceramah dari CD, bahkan mendengar seperti itu akan menjadi sekadar "pendengaran". Tidaklah Anda telah cukup dengan melihat dan mendengar? Semua hal-hal itu tetap menggairahkan Anda, tetap menarik bagi Anda---mengapa begitu sulit melepas hal-hal yang menggiurkan ini dalam meditasi?
Seperti yang telah saya katakan beberapa kali sebelumnya, inilah kelekatan itu. Kita merasa memiliki pendengaran kita, dan penglihatan kita. Kita pikir hal-hal itu adalah milik saya, bahwa mereka adalah sebuah bagian dari aku. Itulah sebabnya kita menolak melepaskan mereka, karena ini seakan-akan sesuatu dari kita sedang berlangsung, sesuatu dari kita meninggal ketika kita masuk ke dalam meditasi yang mendalam----itulah sebabnya kita merasa takut.
Izinkan diri Anda mati terhadap segala penglihatan; ini adalah hal terakhir yang akan kulihat dalam kehidupan ini takala aku menutup mataku untuk pergi bermeditasi. Ini adalah suara terakhir yang akan kudengar, aku akan melepaskan semua pendengaran sekalian.Aku hanya merasakan tubuhku untuk terakhir kalinya dan lalu tubuhku akan menghilang. Ini akan membantu Anda untuk melepas indra-indra. Indra-indra ini benar-benar mengendalikan Anda, sebegitu banyaknya, sehingga kesadaran pikiran, citta, menjadi begitu sulit Anda kenali. Kelima indra inilah yang bermain-main dengan Anda, mencucuk hidung Anda dari kehidupan ke kehidupan lainnya, menyeret Anda melewati pasang surutnya samsara. Coba lihat apakah Anda mampu meninggalkan dunia pancaindra ini. Jika Anda mati terhadap dunia pancaindra, dan mati terhadap tubuh, semua yang jadi kepedulian Anda itu lenyap, dan Anda mati !
Ketika Anda mati, satusatunya hal yang tersisa adalah pikiran. Ketika seseorang mati, arus kesadaranlah yang pergi dari satu kehidupan ke kehidupan lainnya, dan pikiranlah yang mencari tempat baru untuk lahir. Tapi setidaknya Anda tahu, itulah apa yang tertinggal ketika Anda mati terhadap tubuh dan pancaindra, nimita muncul, dalam cara yang sama ketika seseorang meninggal, mereka pergi menuju cahaya. Jika Anda belum pernah melihatnya dan Anda ingin menemukan nimita, bayangkanlah diri Anda sekarat. Saat Anda membayangkan hal itu, Anda membangun refleksi imajiner ini dan berkontemplasi, mengisi diri Anda dengan pandangan itu, dan lantas Anda akan temukan bahwa Anda telah benar-benar memadamkan tubuh ini. Anda padam terhadap indra-indra. Anda datang kemari untuk mati. Anda mati terhadap hal-hal duniawi dan mati terhadap kepemilikan, Anda mati untuk menjadi seornag petapa sejati, petapa yang pergi ke "gua hati", jauh dari dunia tubuh, penglihatan dan juga suara-suara.

Komentar

Postingan Populer